Sejarah Pak-pak
Sejarah singkat asal muasal suku pakpak Oleh :
Bettan kiyai Padang Suku Pakpak berasal dari keturunan imigran bangsa
atau suku dari India Selatan (kerajaan Colamandala) yang pernah
menyerang dan menahlukkan kerajaan Sriwijaya (di Palembang) hingga raja
Sri Sangramawijaya Tunggawarman tertawan (1025 M). Kerajaan Sriwijaya
ini akhirnya runtuh tahun tahun 1337 M, yang menyebabkan terjadi
penyebaran manusia sehingga terbentuk suku Pakpak suak Pegagan sekitar
600 tahun yang silam. Diduga manusia pendatang (imigran) pertama yang
masuk ke tanah Pakpak, Karo dan Gayo (Alas) adalah sama nenek-moyangnya,
karena kata menyebutkan air (kebutuhan utama manusia) adalah hampir
sama. Air bahasa pakpak adalah Lae, bahasa Karo adalah Lau dan bahasa
Gayo (Alas) adalah Lawe. Kemiripan kata-kata dalam bahasa Pakpak dengan
bahasa Karo adalah relatip besar. Jika di Tanah Karo terkenal Marga
Silima, di Tanah Pakpak terkenal Pakpak Lima Suak (sama-sama kata lima).
Suku Pakpak-Dairi terdiri dari lima (5) suak yang menempati wilayah
(hak wilayat) masing-masing, yakni: 1. Pakpak suak Boang, di daerah
Boang, Singkil, Sbullusalam, daerah Aceh dan sekitarnya. 2. Pakpak suak
Klassan, di derah Parlilitan, Pakkat dan sekitarnya, misalnya marga di
daerah Urang julu (disebut: daerah Sionem Koden) adalah Simbuyak-mbuyak
(tidak berketurunan), Turuten, Pinayungen, Maharaja, Tinambunen,
Tumangger dan Anak Ampun (artinya anak bungsu, sering disebut Nahampun)
dan didaerah pakat marga Meka dan lain lain, 3. Pakpak suak Simsim,
didaerah kecamatan Kerajaan, Salak dan sekitarnya, misalnya marga
Kabeaken, Brutu (Sinaga..?), Padang (Situmorang..?), Padang Batanghari
(keturunan Parrube Haji…?), Sitakar, Tinendung, dan lain lain. 4. Pakpak
suak Keppas, misalnya keturunan si Naga Jambe yang mulanya berasal dari
daerah Sicikeh-cikeh dan kemudian berkembang didaerah Sidikalang yakni
ada 7 marga yaitu, Raja Udjung, Raja Angkat, Raja Bintang, Raja Capah,
Raja Gajah Manik, Raja Kudadiri dan Raja Sinamo. 5. Pakpak Pegagan, di
daerah Pegagan (meliputi daerah Balna Sibabeng-kabeng, Lae Rias, Lae
Pondom, Sumbul, Juma Rambah, Kuta Manik, Kuta Usang dan sekitarnya,
hanya ada tiga (3) marga, yaitu (1) Raja Matanari, (2) Raja Manik, dan
(3) Raja Lingga. Marga (Raja) Matanari, Manik dan Lingga adalah
keturunan Papak Suak Pegagan (disebut si Raja Gagan ataupun si Raja
Api). Si Raja Api adalah salah seorang dari Pitu (7) Guru Pakpak
Sindalanen (yakni keturunan Perbuahaji) . yang cukup terkenal ilmu
kebatinannya (dukun yang disegani , ditakuti dan tempat belajar atau
berguru ilmu kebatinan) diketahui melalui legenda yang cukup terkenal di
daerah Pakpak, Karo Simalem dan mungkin juga di Gayo ..? (Alas).
Apabila Pitu Guru Pakpak Sindelanan bersatu, maka dianggap sudah
lengkaplah ilmu kebatinan yang dipelajari orang pada zaman dahulu, yakni
meliputi: 1. Raja Api (Raja Gagan) di daerah Pakpak Suak Pegagan,
adalah dukun (datu) yang mempunyai ilmu kebatinan Aliran Ilmu Tenaga
Dalam, yang menyerupai tenaga Api (misalnya disebut: Gayung Api, apabila
kena pukulanya akan terbakar atau gosong, Tinju Marulak, yakni justru
orang yang memukulnya yang mengalami efek pukulan, dan lain lain), Ilmu
kebatinan yang dikuasai dan dikembangkan si Raja Api dan keturunnya
berkaitan dengan pembelaan diri, berkelahi, dan berperang melawan musuh.
2. Raja Angin di daerah Pakpak Suak Keppas, adalah dukun yang mempunyai
ilmu kebatinan sperti tenaga angin. Kalau angin kuat berhembus (topan)
dapat merobohkan yang kuat dan besar. Kalau angin berhembus lambat,
tidak akan terasa dan tidak dapat dilihat, tetapi mereka ada. Jadi dapat
tiba-tiba si Dukun (yang mempunyai ilmu ini) tiba-tiba ada di depan
mata kita. 3. Raja Tawar pergi ke Tanah Karo Simalem, adalah dukun yang
mempunyai ilmu kebatinan berkaitan dengan obat-obatan ramuan
tradisional. Terbukti di daerah tanah Karo Simalem berkembang ilmu
pengobatan Ramuan Tradisional, pengobatan Patah Tulang, luka terbakar
dan lain lain, yang kadang kala lebih hebat dari pengobatan ilmu medis
(kedokteran). 4. Raja Lae atau Lau atau Lawe yang pergi ke daerah Tanah
Karo Simalem atau daerah Gayo-Alas. Lae = lau = lawe berarti air (bahasa
suku Toba disebut aek). Raja Lae adalah dukun yang mempunyai ilmu
kebatinan yang dapat mendtangkan hujan, mencegah turun hujan di suatu
tempat atau mengalihkan hujan dari satu tempat ke tempat lain (disebut
Pawang Hujan). 5. Raja Aji di daerah Pakpak Suak Simsim sekitar
kecamatan Kerajaan, Salak dan sekitarnya. Raja Aji adalah dukun yang
mempunyai aliran ilmu Membuat dan Pengobatan penyakit Aji-ajian
(Guna-guna, misalnya Aji Turtur, Gadam,Racun, dan lain lain). 6. Raja
Besi di daerah Pakpak Suak Kellasen, adalah dukun yang mempunyai ilmu
kebatinan yang berhubungan alat-alat terbuat dari besi. Misalnya ilmu
tahan (kebal) ditikam dengan pisau, kebal digergaji, terhindar dari atau
kebal peluru senjata api, dan lain lain. 7. Raja Bisa di daerah Pakpak
Suak Boang, adalah dukun yang mempunyai ilmu kebatinan yang berhubungan
dengan pembuatan dan Pengobatan yang ditimbulkan oleh Bisa, missal bisa
ular, kalajengking, lipan, laba-laba, dll Setelah si Raja Api mempunyai
keturunan 3 orang anak laki-laki, maka salah seorang putranya diberi
nama Raja Matanari (berasal dari arti Matahari). Si Raja Api
menginginkan ilmu/tenaga kebatinan yang dimiliki putranya harus melebihi
tenga Api seperti yang telah dimilikinya. Keinginan si Raja Api,
putranya harus mempunyai ilmu kebatinan/tenaga dalam menyerupai tenaga
(kekuatan) Matahari. Pada mulanya Pakpak Pegagan (si Raja Api), bapa
dan kakeknya adalah manusia Nomade (mendapat makanan dari alam, hanya
memanen hasil hutan dan hasil berburu binatang, menangkap ikan dan
tinggal berpindah-pindah). Diduga mereka pertama sekali tinggal sekitar
hutan Lae Rias dan Lae Pondom, sehingga perkampungan mereka yang pertama
diyakini adalah di sekitar Lae Rias di hulu (takal) sungai Lae Patuk,
yakni daerah di atas daerah Silalahi. Kuburan si Raja Api dan
orangtuanya serta beberapa keturunannya Raja Matanari diduga disekitar
hutan Lae Rias, yang menurut Legenda disebut daerah Sembahan (keramat)
SIMERGERAHGAH, Simergerahgah adalah mpung si Perbuahaji (yang
memperanakkan si Raja Api = Pakpak Pegagan) keturunan orang/suku Imigran
dari India yang masuk dari daerah Barus. Sesuai perkembangan zaman dan
kebudayaan, keturunan Pakpak Pegagan tersebut di atas mengalami
perubahan dari budaya Nomade menjadi Petani Berpindah-pindah. Mereka
berpindah-pindah mencari lahan yang lebih subur, dan setelah agak tandus
kemudian ditinggalkan. Sistim pertanian berpindah-pindah ini
mengarahkan mereka dan keturunanya bergerak ke arah Balna
Sikabeng-kabeng, Kuta Gugung, Kuta Manik, Kuta Raja, Kuta Singa, Kuta
Posong, Sumbul Pegagan, Batangari (Batanghari), Juma Rambah, Simanduma,
sampai daerah Tigalingga. Pakpak Suak Pegagan hanya ada tiga (3) marga
yaitu Raja Matanari, Raja Manik dan Raja Lingga. Sesuai dengan
perkembangan kebudayaan, zaman dan sejarah akhirnya masing-masing
keturunan 3 putra si Raja Api Pakpak suak Pegagan menempati daerah Balna
Sikaben-kabeng dan Kuta Gugungserta sekitarnya (keturunan Raja
Matanari), daerah Kuta Manik dan Kuta Raja serta sekitarnya (Raja
Manik).dan daerah Kuta Singa dan Kuta Posong serta sekitarnya (Raja
Lingga). Kuta (kampung) yang lain adalah perkembangan (pertambahan) pada
generasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar